Total Tayangan Halaman

Sabtu, 04 Februari 2012

Sinopsis Novel "Layar Terkembang"


Nama   : Gusti Indah Lestari
Kelas   : X5
SMA Negeri 1 Pangkalpinang

“Sinopsis Sebuah Novel”
Layar Terkembang
Karya : Sutan Takdir A.

            Kisah ini terjadi di Jakarta. Tuti dan Maria adalah kakak beradik, anak Raden Wiraatmaja pensiun Wedana di daerah Banten. Tuti anak tertua menjadi seorang guru dan aktif dalam kepengurusan organisasi wanita yang bernama Putri Sedar yang bercita-cita mengangkat martabat kaum wanita setaraf dengan kaum pria. Sedangkan Maria, adik Tuti seorang remaja yang lincah, periang, dan sedikit manja. Ia juga bercita-cita menjadi seorang guru, namun tidak aktif dalam kegiatan organisasi.
            Tuti dan Maria mengenal Yusuf  pertama kali di Gedung Akuarium, Pasar Ikan. Yusuf ialah anak Demag Munaf di Martapura, Sumatera Selatan. Ia kini belajar di Sekolah Tabib Tinggi tahun terakhir. Sejak berkenalan dengan Maria, ia menaruh rasa simpatik kepada gadis semampai yang ceria itu. Perkenalan ini semakin lama semakin akrab dengan berkunjungnya Yusuf ke rumah Maria. Dengan Tuti, Yusuf menaruh simpatik dan hormat karena mereka sama-sama aktif dalam organisasi. Tuti bergabung dalam perkumpulan Putri Sedar, sedangkan Yusuf bergabung dalam pergerakkan Pemuda Baru.
            Paman Partidiharja sangat cemas kepada keputusan Saleh yang mengundurkan diri dari pekerjaannya di Kantor Yustisi. Ia tidak mengerti kemauannya, mengapa Saleh malah ingin menjadi petani dan tinggal di dusun Sindanglaya.
            Tuti, Maria dan Yusuf kini terlibat dalam pembicaraan tentang sikap sebagian orang terpelajar terhadap kaum pemeluk agama yang umumnya telah lanjut usia. Kebanyakan dari mereka memandang rendah kaum agama itu. Lagipula kebanyakan kita beranggapan bahwa ketekunan beribadah itu dilakukan setelah tua, setelah tiada lagi yang patut dikerjakan.
            Perkumpulan Sedar mengadakan rapat besar. Pada penutupan rapat itu Tuti berpidato dengan judul “Sikap Perempuan Baru”. Dalam pidato itu Tuti mengemukakan gagasan baru tentang bagaimana semestinya kedudukan wanita itu dalam masyarakat modern. Pidato ini mendapatkan perhatian yang besar karena telah mengetuk hati perempuan yang hadir saat itu.
            Tuti menegaskan bahwa tujuan utama putri  sedar ini ialah mengangkat harkat dan martabat kaum wanita, serta  membangun peran serta wanita sebanding dengan kaum laki-laki. Kaum wanita harus memperoleh hak yang sama dalam kehidupan, untuk itu wanita harus mau menghilangkan sifat-sifat minta dikasihi, lemah hati justru dapat merendahkan derajatnya di mata laki-laki. Kaumnya harus mampu bersama-sama dengan kaum lelaki untuk menyelenggarakan kepimpinan Negara, perusahaan, pendidikan, dalam kesenian dan lain-lain.
            Yusuf memperpendek waktu berliburnya di Martapura. Ia semakin merasa rindu terhadap Maria yang kini berada di Bandung. Yusuf pun segera ke Bandung menemui Maria. Mereka pun pergi bertamasya ke Bukit Dago dan disanalah mencurahkan rasa rindu dan kasih sayangnya. Mereka menikmati kebersamaan dengan hati yang penuh semangat.
            Maria telah menamatkan Sekolah HBS dan segera mengajar di HIS Muhammadiyah Keramat. Sementara itu perkumpulan Pemuda Baru mengadakan kongres di Jakarta. Pada malam harinya dipertunjukkan sandiwara yang berjudul Sandyakala Ning Majapahit karya Sanusi Pane. Pertunjukkan itu menampilkan Yusuf yang berperan sebagai Damar Wulan sedangkan Maria berperan sebagai Anjarasmara.
            Disamping gelora semangatnya yang menyala-nyala, Tuti kini sering melamun memikirkan dirinya yang sudah dewasa untuk membina rumah tangga jika mau. Perubahan sikap Tuti ini diketahui pula oleh Maria dan ayahnya. Kegelisahan hati Tuti memuncak ketika menerima surat cinta dari Supomo. Isi suratnya menyadarkan Tuti kembali bahwa kini usianya  sudah dua puluh tujuh tahun, usia yang tidak lagi muda dan sudah cukup dewasa untuk menikah.  Supomo bermaksud melamar Tuti, namun lamaran Supomo itu ditolaknya dengan halus agar Supomo tidak tersinggung.
            Sementara itu Maria sedang sakit di Rumah Sakit Pacet. Maria menderita TBC atau sakit paru-paru yang semakin lama semakin parah dan menyiksa dirinya. Sering juga Yusuf dan Tuti menjenguk Maria disana. Untuk menjenguk Maria di kota pegunungan itu Tuti sendiri sering pula bersama-sama bermalam di rumah Ratna, teman seperjuangannya dalam organisasi Putri Sedar dulu yang kini telah berkeluarga. Kehidupan mereka sangat bahagia meski hanya bercocok tanam. Sambil mereka menjadi suami istri yang berbahagia, mereka membimbing rakyatnya ke arah kesempurnaan pendidikan. Ketika itulah Tuti mengerti bahwa kehidupan yang mulia dan bahagia tidak perlu diarahkan semata-mata hanya dengan aktif dalam organisasi resmi. Akan tetapi ada juga orang desa itu yang mengabdikan diri kepada bangsa dan negara melalui pekerjaan nonformal tersebut.
            Karena sakit paru-parunya Maria semakin parah, telah hampir-hampir menemukan ajalnya, dia mengungkangkapkan sesuatu kepada Yusuf dan Tuti. Sebelum ia meninggalkan alam fana ini ia sempat bernasehat kepada mereka bahwa ia tidak akan rela jikalau mereka berdua sepeninggalannya akan bercerai satu sama lain.
            Dengan perkataan yang penghabisan itulah membuat hati Yusuf dan Tuti menjadi tersentak seakan-akan jantung mereka akan berhenti berdetak. Benarlah di kemudian hari, Yusuf dan Tuti bermaksud hidup bersama dalam suatu ikatan perkawinan. Mereka menyempatkan diri ke makam Maria di Pacet sebelum acara pernikahannya dilangsungkan. Demikianlah cerita ini berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar