Maaf, Atas Yang Terlewatkan
Prolog ~
Bukan maksudku membiarkan dia berlalu
begitu saja. Hati ini selalu menjerit memanggil namanya, hanya saja dia yang
tak pernah berpaling dan menyambutku. Dia masih tetap dia. Dia masih seperti
yang dulu, yang pernah membuat hatiku membeku untuk waktu yang lama. Dia masih
seperti yang dulu, dan aku masih seperti yang dulu, kokoh dan dingin tanpa senyum ketika
berhadapan dengannya. Dia bagai batu
karang yang setiap kali ombak datang hanya bisa diam di tempat menantang,
namun terus terkikis hingga hilang dan berlalu.
Dulu, kau yang membiarkan ku jatuh dan berlalu. Namun sekarang akankah aku berlari dan mendekapmu hingga kau sadar, aku disini. Tak ingin jatuh dan tak ingin kau berlalu lagi. Dia disana, dia sedang berlari seperti mencari orang. Tampak keputusasaan di raut wajahnya. Lalu dia terduduk lemas seperti hendak menangis.
Jangan kira aku senang atas apa yang
terjadi sewaktu di SMA dulu. Tapi jangan kira aku sakit juga. Karena apa yang
terjadi dulu bisa ku kenang sampai saat ini, saat dimana kita bertemu lagi.
Tepatnya saat dimana aku bisa melihatmu lagi. Meski tak bisa mendengar suaramu,
rindu ini terobati. Aku ini memang bodoh ya? Berharap yang tak pasti.
Berharap bisakah kita kembali ke masa
itu, masa dimana kesalahpahaman itu masih bisa dirombak lagi agar penyesalan tak akan terasa
menyayat hati. Perih ini, airmata ini terasa nyata saat aku berdiri memandangmu
dari kejauhan. Berharap kau berpaling kepadaku sekali saja, sekali saja seperti
waktu itu. Waktu itu….
Aku yang salah pergi saat semua akan
dimulai kembali. Aku yang salah waktu itu. Bisakah sekarang aku kembali ke
sisinya lagi? Masihkah dia menungguku?
by : gustindlest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar